Sosialisasi MPR RI di Gedung DPD RI, Ahad, 11 April 2021 |
“Dalam dinamika sejarahnya, NKRI yang diproklamirkan Soekarna-Hatta, 17 Agustus 1945
faktanya pernah hampir bubar menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Atas
peran kepeloporan M. Natsir dari Partai Islam Masyumi, dengan gerakan Mosi
Integaral-nya di Parlemen, negara kita kembali berbentuk NKRI. Oleh karena itu,
sikap kenegarawanan pahlawan nasional, M. Natsir dan para pemimpin bangsa waktu
itu patut kita diteladani, sehingga NKRI bisa menjadi harga mati hingga kini”.
Demikian disampaikan anggota MPR RI dari
DIY, H. Cholid Mahmud, M.T. dalam acara Sosialisasi Tata Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) yang diselenggarakan MPR RI pada hari
Ahad, 11 April 2021, pukul 09.00 hingga 12.00 pagi
kemarin. Acara Sosialisasi yang dihadiri para
da`i-daiyah, tokoh pemuda, dan pemuka masyarakat DIY ini bertempat di Ruang Serbaguna, Gedung DPD RI DIY,
Jalan Kusumanegara 133, Kota Yogyakarta dengan menghadirkan nara sumber, mantan anggota MPR
RI di masa Reformasi, Drs. H. Zulkifli Halim, M.Si. yang
menyampaikan topik: “Sejarah NKRI: Mosi Integral M. Natsir”.
Dalam presentasinya, Bang Zul-panggilan
akrab narasumber utama- menguraikan secara
runut sejarah NKRI dan peran besar tokoh-tokoh Islam dalam menyelamatkan dan
menjaga eksistensi “jabang bayi” NKRI waktu itu. Menurut anggota KAHMI ini: “Mestinya para politisi dan pemimpin negara ini
menyontoh sosok M. Natsir, yang negarawan religius tulen itu. Beliau selalu
memikirkan permasalahan bangsanya lalu berfikir visioner ke depan mempelopori
menghadirkan solusi atas permasalahan bangsa tersebut”.
"Mosi
Integral M. Natsir pada 3 April 1950 adalah langkah cerdas yang merupakan tonggak yang sangat strategis dalam sejarah
kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Atas kearifan M. Natsir
dalam berdialog lintas partai, lintas agama, dan lintas elemen bangsa
berhasillah beliau menyelamatkan dan menyatukan kembali
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
upaya devide et impera Pemerintah
Belanda. Sehingga, Bung Hatta menyebut peringatan Proklamasi 17 Agustus 1950 menandai kembalinya Indonesia ke negara kesatuan waktu itu merupakan Proklamasi Kedua NKRI,” ungkapnya
“Sayangnya, literatur tertulis yang
mendokumentasikan sejarah NKRI dan Mosi Integral M. Natsir ini sangat kurang.
Ada satu buku “Mosi Integral
Natsir 1950”, karya
Ahmad Murjoko (Bandung: Persispres, 2020), tetapi di toko-toko buku di Kota
besar pun belum tersedia. Olehkarena itu, Sejarah NKRI dan Mosi
Integral M. Natsir ini perlu disosialisasikan melalui berbagai
media, termasuk mungkin melalui kegiatan lomba menulis Sejarah
NKRI. Hal ini juga diharapkan akan dapat mengintegrasikan tumbuhkembangnya jiwa
keislaman dan keindonesiaan seperti yang dicontohkan oleh tokoh M. Natsir,
terutama di kalangan generasi muda kita,” pungkasnya. (ENL/MIS).