Selasa, 25 Maret 2008

Ironis, Buta Aksara di DIY Ranking Ke-10

Kedaulatan Rakyat, 24/03/2008 09:24:08

            YOGYA (KR) - Berdasarkan data yang dikeluarkan Depdiknas, ternyata masih banyak masyarakat DIY yang buta aksara. Sebagai kota pendidikan sangat ironis bila DIY masuk peringkat ke-10 buta aksara di Indonesia. Data itu dikeluarkan Depdiknas pada Rembuk Nasional Pendidikan di Sawangan, Bogor, baru-baru ini. Untuk memberantas buta aksara itu, perguruan tinggi di DIY termasuk UNY bisa diajak bekerja sama. Hal itu diungkapkan Rektor UNY Prof Sugeng Mardiyono PhD, saat menerima kunjungan anggota dewan Propinsi DIY, di Ruang Rapat RKU, Rabu lalu.
            Kunjungan dipimpin Cholid Mahmud, diterima Rektor UNY didampingi rektor Pembantu Rektor III Prof Dr Herminarto Sofyan, para dekan, pembantu dekan dan Kadiv Humas Eksternal UNY. Kedatangan rombongan anggota DPRD DIY itu untuk menggali dan mendengar secara langsung persoalan-persoalan masyarakat khususnya bidang pendidikan. Cholid menjelaskan DPRD sebagai lembaga pembuat kebijakan perlu mendapat masukan dari masyarakat. Kampus dianggap sebagai komponen strategis dan dapat melihat secara lebih luas persoalan-persoalan kemasyarakatan yang ada.
            "Hal-hal yang perlu dibenahi akan diperjuangkan melalui kewenangan membuat policy. Bila lingkupnya nasional akan diteruskan ke DPR Pusat," jelasnya. Selain itu, lanjutnya, sehubungan dengan akan disahkannya APBD tahun 2008 pada Maret ini, Cholid berharap ada sinergi pos-pos pemberdayaan kemasyarakatan di pemerintah dengan kampus. Sehingga bisa lebih optimal untuk kemaslahatan masyarakat. Sedangkan Rektor UNY, menyatakan kegembiraannya atas kedatangan anggota dewan DIY, karena selama ini banyak yang ingin disampaikan, tetapi jaringan komunikasi dengan pihak-pihak terkait tidak berjalan mulus.
            Rektor menjelaskan tentang program-program yang sedang dilakukan UNY antara lain ISO-nisasi, pendirian Museum Pendidikan, perintisan pengolahan sampah, tertib kampus dan sebagainya. Selain itu juga meminta perhatian anggota dewan tentang Pelaksanaan Sertifikasi Guru, Pemberantasan Buta Aksara dan Sekolah Unggulan. Terkait dengan sertifikasi guru, rektor minta DPRD agar memikirkan nasib guru-guru yang belum lulus S1 (sarjana).
             Sedangkan yang sudah lulus S1 perlu ada semacam kontrol dan kendali sebagai guru yang disebut profesional. Rektor juga prihatin dengan masih banyaknya masyarakat DIY yang buta aksara. Demikian juga dengan persoalan guru-guru yang harus sekolah lagi, Rektor UNY menawarkan alumninya dapat dijadikan guru magang selagi guru kelasnya kuliah lagi. Sedangkan terkait dengan sekolah unggulan yang sangat sedikit, meminta perhatian anggota dewan untuk memikirkan bagaimana menambah dan memperluas sekolah lainnya agar jadi unggulan. (Ben)-o

Tidak ada komentar:

Posting Komentar