PEMERINTAH TERSANDERA
HARGA BBM
(dikutip dari
Kedaulatan Rakyat, Minggu Wage, 11 Maret
2012 (17 Bakdamulud 1945) Halaman 2)
YOGYA (KR) – Kebijakan mengurangi
dampak buruk akibat kenaikan harga BBM harus menyeluruh. Tidak hanya diarahkan
kepada kelompok masyarakat miskin, tetapi juga diarahkan kepada antisipasi
kerugian masyarakat, khususnya sektor usaha akibat kenaikan harga BBM.
“Banyak sekali akibat buruk dari
kenaikan harga BBM. Jika hanya diberikan bantuan langsung selama 2-3 bulan saja
tidak cukup. Sementara dampak kebijakan itu membuat jumlah warga miskin
meningkat. Untuk memulihkan, membutuhkan waktu yang tidak singkat,” ujar Ketua
Jogjakarta Transparansi Winarta dalam Diskusi Terbatas tentang Rencana
Perubahan APBN 2012 (APBN-P) yang digelar oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) RI dari DIY H Cholid Mahmud, Sabtu (10/3). Diskusi menghadirkan sejumlah
peserta dari staf ahli DPR RI, aktivis kampus hingga wartawan.
Menurut Winarta, pengalaman telah
memberikan gambaran bahwa kenaikan harga BBM telah menggiring pada situasi sulit
masyarakat, pengusaha, dan sarana transportasi. Namun demikian, jangan sampai
kenaikan harga BBM menjadikan alasan pengusaha melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) karyawan.
Karena itu, pemerintah diharapkan
memperhatikan juga dampak dimaksud. Termasuk di antaranya memberikan bantuan
kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sehingga mereka tetap dapat
berproduksi dengan baik.
Selain itu, pemerintah daerah
sebagai pihak yang langsung berhadapan dengan rakyat, harus dilibatkan dalam
upaya mengatasi dampak tersebut.
Cholid Mahmud mengungkapkan dalam
Rencana APBN-P 2012, pemerintah mengusulkan alokasi dana Rp 25,564 triliun
untuk kompensasi pengurangan subsidi energi. Diharapkan dana tersebut
disalurkan dengan tepat sasaran.
Diakui Cholid, meningkatnya
konsumsi BBM dalam negeri tak lepas dari meningkatnya kepemilikan kendaraan
bermotor. Tumbuh pesatnya kendaraan bermotor tersebut telah menggiring
Indonesia yang dulu dikenal sebagai pengekspor minyak, kini menjadi pengimpor
minyak.
“Butuh kebijakan energi nasional
untuk mengerem laju konsumsi BBM yang terus naik tersebut,” ujarnya.
Sedangkan Staf Ahli DPR RI,
Suprih Hidayat, S Sos menilai pemerintah dari waktu ke waktu selalu terjebak
dengan naiknya harga minyak dunia, yang memaksa harus menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) dalam negeri. Akibatnya, kenaikan itu membawa dampak buruk, yakni
munculnya gejolak sosial di masyarakat.
“Siapa pun yang memerintah negeri
ini, selalu tersandera dengan harga BBM. Untuk lepas dari itu perlu kebijakan
energi nasional yang menyeluruh, yang dapat mengerem kenaikan konsumsi BBM dalam
negeri, sehingga subsidinya bisa digunakan untuk kepentingan rakyat yang lebih
menyentuh,” ujarnya. (Jon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar